Keren Juga – Sekitar 70% produksi tempe di Indonesia menggunakan kedelai impor, langkah yang menyusutkan semangat dan lahan garap para petani lokal.

Petani kedelai beralih ke komoditas lain yang lebih menguntungkan dan pengrajin tempe lebih mengandalkan kedelai impor.

Belum jelas seperti apa jalan keluar dari keadaan ini. Namun seorang sejarawan kuliner, Fadly Rahman mengatakan Indonesia sebaiknya berusaha agar produk tempe menggunakan hasil petani untuk mempertahankan tempe secara paripurna sebagai identitas kuliner Indonesia.

Di mancanegara, produsen tempe ikut berperan dalam meningkatkan pamor “makanan hebat ini.”

Ada pengusaha besar makanan nabati di AS, Seth Tibbott yang memulai usaha lebih dari 40 tahun lalu, dan juga Rustono di Jepang, serta para muridnya yang tersebar dari Meksiko, Rusia, Prancis sampai China. Ada juga William Mitchell di Inggris yang mulai membuat tempe sejak delapan tahun lalu.

Semua mengalami hambatan dalam usaha tempenya, namun tetap “cinta” pada panganan asli Indonesia ini.

Rustono di Jepang mengatakan sebagai ucapan terima kasih kepada nenek moyang Indonesia, pada bungkus tempe yang dia produksi tertulis, “Hadiah Indonesia untuk Dunia.”